Cinta Rupiah – Anda pasti ingat dengan selembar uang lima ribu rupiah warna coklat keluaran tahun 1999 yang bagian belakangnya bergambar seorang gadis sedang duduk menenun mengenakan pakaian adat lengkap dari Sumatera Barat. Nama gadis itu adalah Natasha Annestessya. Dia dipilih menjadi model yang dipasang di belakang uang lima ribu rupiah karena memenangkan lomba foto dengan alat penenun Pandai Sikek yang diadakan oleh Peruri.
Mengenal Tenun Songket Pandai Sikek
Bagi masyarakat Minangkabau, kain tenun songket memiliki nilai yang tinggi. Oleh karena itu maka pemakaiannya hanya terbatas pada saat upacara adat saja, seperti acara pernikahan atau saat menyambut tamu-tamu penting.
Kain ini merupakan salah satu kain tradisional dari daerah Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat yang terkenal sebagai tempat pengrajin tenun. Kebanyakan alat tenun yang digunakan adalah Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), sehingga harga perlembar kain tenun songketnya menjadi mahal karena dikerjakan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama selain motif, corak, dan tingkat kerumitan polanya.
Proses Pembuatan dan penggunaan
Beberapa bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan kain tenun songket adalah makau, suri, banang, dan korok.
Makau adalah benang berwarna emas yang mendominasi kain, sehingga membuat kain tenun terlihat menjadi lebih indah dan mewah. Dinamakan demikian karena bahan ini diperkirakan berasal dari Macau, Tiongkok. Sedangkan suri dan korok adalah penahan dan pembagi hamparan benang.
Proses awal pembuatan kain tenun ini disebut mancukia, yaitu pembuatan motif dengan kayu kecil pipih dan panjang. Untuk tekniknya sama seperti orang yang menganyam. Hasil dari mancukia ditenun dengan makau dan banang suto (benang sutra), kemudian disimpan di ujung dengan lidi hingga membentuk setengah motif.
Motif pada tenun songket Pandai Sikek sangat beragam, tergantung pada kebutuhan dan pesanan. Biasanya diambil dari contoh kain-kain tua agar motifnya tetap ada dan tidak punah. Semakin halus dan rumit motif kain songketnya, maka proses pengerjaannya semakin lama dan harganya juga semakin mahal.
Kain songket ini selain digunakan sebagai pakaian keseharian juga dipakai sebagai tanda mata saat pernikahan, upacara adat, juga untuk menyambut tamu-tamu penting.
Sungguh luar biasa, budaya Indonesia memang sangat kaya dan tidak dimiliki oleh bangsa lain. Berbanggalah kita karena budaya ini merupakan identitas bangsa yang harus kita jaga agar tidak punah. Usaha pemerintah patut diacungkan jempol karena telah melestarikan budaya ini dengan cara mengabadikannya ke dalam mata uang rupiah.